Asal
Usul berdirinya Kerajaan Onom
Situs kerajaan Rawa Onom merupakan
salah satu situs budaya berlokasi di kec.purwaharja kota Banjar. Menurut
masyarakat setempat
dan sesepuh
setempat nama
rawa onom artinya yang paling tua. Para leluhur dari kerajaan onom banyak yang silem/hantur bakti/meninggal
tanpa ada jasadnya,di atas sumur 8 ada 5 leluhur yang menghuni keraton yaitu:
1.
Kyai sawung
galing
2.
Mbah tambung
sela
3.
Mbah bhratayuda
4.
Nyi raden
tanjung anom
5.
Ratu siluman
Sedangkan leluhur yang menghuni daerah
pulo majeti adalah ratu gandawati dan sulaeman anom. Kerajaan rawa
onom pada masa berdirinya masih beragama hindu-budha. Rawa onom
merupakan tempat jiarah tapi tidak ada bukti keramat dan hanya berbentuk
keyakinan saja,
di rawa onom
ada satu kampung yang
dinamakan kampung siluman karena para leluhur di kampung tersebut banyak yang
silem(meninggal tanpa ada jasadnya).
Menurut Eming Surabraja, mantan Kepala
Desa Purwaharja ke 17, Onom merupakan pasukan balatentara dari Kerajaan Medang
yang ditaklukkan balatentara Kerajaan Galuh. Karena atas kekalahan itu, Raja Medang berikut pengikutnya mau tidak mau berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Galuh. Prabu Selang Kuning, yang semula pemimpin balatentara Kerajaan Medang ini. Di percaya oleh Kerajaan Galuh sebagai
Patih kerajaan.
Kemudian Prabu Selang Kuning oleh raja diperintah
membangun wilayah baru di daerah Pulo Majeti. Patih Selang Kuning menerima perintah ini sebaik-baiknya sehingga di Pulo Majeti yang semula rawa, berubah
menjadi istana hebat. Sedangkan pengikutnya terdiri Mas Bugel, Mas Bedegel, Mas
Rimpung dan Mas Jemblung setelah
pendirian istana, mereka
diutus oleh Prabu Selang Kuning untuk mengirimkan upeti setiap tahun sesuai
permintaan Raja Galuh.
Namun Pemimpin kerajaan Medang, kemudian dipercayakan kepada Prabu Anom, yang
ditugaskan dari Kerajaan Galuh. Akan tetapi Prabu Anom dalam menjalankan tampuk
kepemimpinannya bertindak semena-semena. Sehingga Prabu Selang Kuning tak mau menyerahkan
hasil karyanya
kepada rajanya,
melainkan dia mengangkat dirinya sendiri menjadi penguasa Kerajaan Medang. Untuk menghindarkan percekcokan dengan Kerajaan Galuh, maka
Prabu Selang Kuning mengajak seluruh rakyatnya pindah ke alam
lain. Itulah
bangsa onom. Hingga nama
Kerajaan Medang berganti nama menjadi Kerajaan Onom.
Yang tilem di Pulo Majeti itu adalah Prabu Selang Kuning
Sulaeman Anom, Ibu Ratu Gandawati ingkanggarwa, Raden Patih Kalintu Undara
Pamerat Jagat, Raden Jaksa Jagabuana, Raden Wedana Langlangbuana, Kiai Bagus
Tol Malbaeni
dan Kiai Bagus Mantereng. Sedangkan pengikutnya terdiri Mas Bugel, Mas Bedegel, Mas
Rimpung dan Mas Jemblung . Namun sebelum "tilem", mereka berjanji
akan mengirimkan upeti setiap tahun sesuai permintaan Raja Galuh.
2.2
Pandangan Masyarakat setempat terhadap Kerajaan Onom
ONOM adalah
sebangsa makhluk halus, berpusat di areal sebuah rawa seluas 947 ha, Rawa Onom
namanya. Orang tak boleh gegabah membicarakannya sebab selalu saja ada
akibatnya. Begitu kata penduduk Banjar. ONOM itu sebangsa makhluk halus. Orang Banjar,
Kabupaten Ciamis, menyebutnya sebagai siluman. Siluman punya
arti tersendiri untuk sebutan kelompok makhluk halus. Kata Sanusi (50) penduduk
Purwaharja, siluman dikenakan kepada makhluk halus yang dulunya berujud manusia
biasa. Namun karena “Ngahiang” (menghilang), dan menjadi makhluk halus, maka
disebutnya
sebagai
siluman.
Kata Sanusi
lagi, sampai dengan tahun 1942 wilayah Kecamatan Purwaharja ini dikenal sebagai
Kampung Siluman. Mengapa disebut begitu, sebab orang mengganggap bahwa kampung
itu masuk areal atau wilayah kekuasaan bangsa onom. Bangsa onom konon punya kerajaan, Pulo Majeti namanya.
Hingga kini, wilayah bernama Pulo Majeti masih tetap ada dan hingga kini pula,
banyak diziarahi orang yang datang dari mana-mana, hingga dari luar Pulau Jawa. “Bagi mata
biasa, Pulo Majeti hanya berupa gugusan pulau kecil di tengah rawa bernama Rawa
Onom, seluas 947 ha. Namun bagi orang-orang tertentu, itu adalah sebuah
kerajaan,” tutur Mamun (50)masih penduduk sekitar situ. Jurukunci Pulo
Majeti, Bapak Omod mengabarkan bahwa yang berkuasa di Kerajaan Onom adalah Prabu
Selang Kuning. Istrinya bernama Ratu Gandawati. Dia punya aparat, yaitu Patih
Kalintu dan abdi dalemnya adalah Mas Bugel,Ki Bedegel,Ki Rimpung dan Mas
Jemblung. Setiap saat mereka berada di sana dan setiap saat mereka melayani
permintaan para peziarah. Sisa-sisa kepercayaan terhadap Onom kini masih berkembang
di sebagian kecil masyarakat, terutama yang tinggal sekitar pusat kekuatan
Onom, yakni Pulo Majeti. Pulo Majeti ini dulunya berada di tengah-tengah Rawa
Onom. Pulo Majeti inilah disinyalir sebagai pusatnya kerajaan Onom. Orang yang datang ke
tempat ini tidak diperbolehkan mengeluarkan kata-kata yang sompral.
Kerajaan Bangsa
Onom di Pulo Majeti yang dirajai oleh
Prabu Selang Kuning ini, konon dihormati pula oleh aparat pemda Kabupaten Ciamis. Percaya atau tidak, beberapa waktu yang lalu, bila di pemda akan mengadakan perayaan apa saja, seperti HUT Kabupaten atau HUT-RI misalnya, maka dari berbagai kalangan yang diundang, bangsa onom pun diundang pula. Sampai dengan dekade 1980-an bahkan pada acara-acara perayaan khusus, panitia pernah menyiapkan sebuah kuda yang sudah dihias. Kuda itu dibawa karnaval dalam keadaan kosong, artinya tanpa penunggang. Namun aneh, kuda itu ngosngosan seperti membawa beban berat. Konon, sebenarnya kuda itu ditunggangi oleh bangsa onom. Di lingkungan pendopo juga, suka disediakan sebuah kamar khusus buat “undangan khusus” ini. Di dalam kamar itu sudah dipersiapkan berbagai penganan dan juga pakaian baik pakaian untuk pria maupun untuk wanita. Kata orang tua pengatur tata-cara ini, bila ada hal-hal aneh, maka siapa pun jangan sekali-kali menggubrisnya.
Prabu Selang Kuning ini, konon dihormati pula oleh aparat pemda Kabupaten Ciamis. Percaya atau tidak, beberapa waktu yang lalu, bila di pemda akan mengadakan perayaan apa saja, seperti HUT Kabupaten atau HUT-RI misalnya, maka dari berbagai kalangan yang diundang, bangsa onom pun diundang pula. Sampai dengan dekade 1980-an bahkan pada acara-acara perayaan khusus, panitia pernah menyiapkan sebuah kuda yang sudah dihias. Kuda itu dibawa karnaval dalam keadaan kosong, artinya tanpa penunggang. Namun aneh, kuda itu ngosngosan seperti membawa beban berat. Konon, sebenarnya kuda itu ditunggangi oleh bangsa onom. Di lingkungan pendopo juga, suka disediakan sebuah kamar khusus buat “undangan khusus” ini. Di dalam kamar itu sudah dipersiapkan berbagai penganan dan juga pakaian baik pakaian untuk pria maupun untuk wanita. Kata orang tua pengatur tata-cara ini, bila ada hal-hal aneh, maka siapa pun jangan sekali-kali menggubrisnya.
2.3 Dijadikan tempat Ziarah oleh
warga setempat
Sungguh
menakjubkan. Sekarang abad 21 di mana dunia tengah
menghadapi era teknologi canggih. Namun demikian, kepercayaan
akan dunia lain masih tetap dipertahankan. Contohnya
kekuatan Rawa Onom dan Pulo Majeti ini. Maka banyaklah orang berziarah dan bertapa di sana untuk
minta berkah, seperti ingin diluluskan segala cita-citanya, ingin dapat jodoh, dapat kerjaan, sampai kepada ingin anak lulus ujian. “Tapi berziarah ke Pulo Majeti segalanya harus serius dan harus dilakukan dengan tertib dan sopan. Kalau ada tindak kesombongan diperlihatkan di sini, akan ada risikonya!” tutur juru kunci. Demikian pula yang diakui oleh beberapa penziarah. Pernah ada yang datang namun tak percaya atas keberadaan hal-hal gaib Pulo Majeti. Maka mendadak sontak keanehan diperlihatkan. Pernah seseorang terkencing-kencing lari sebab katanya ada binatang aneh mengejar-ngejar terus. Sementara peziarah lain hanya menatap terbengong-bengong sebab apa yang ditakuti orang itu, malah tak terlihat oleh orang lain. Suatu malam buta, tiba-tiba hujan turun dengan deras, disertai kilat menyambar-nyambar. Namun selang beberapa lama kemudian, hujan berhenti dan seluruh pakaian pengunjung mendadak kering seperti tak pernah terguyur air sebelumnya.
minta berkah, seperti ingin diluluskan segala cita-citanya, ingin dapat jodoh, dapat kerjaan, sampai kepada ingin anak lulus ujian. “Tapi berziarah ke Pulo Majeti segalanya harus serius dan harus dilakukan dengan tertib dan sopan. Kalau ada tindak kesombongan diperlihatkan di sini, akan ada risikonya!” tutur juru kunci. Demikian pula yang diakui oleh beberapa penziarah. Pernah ada yang datang namun tak percaya atas keberadaan hal-hal gaib Pulo Majeti. Maka mendadak sontak keanehan diperlihatkan. Pernah seseorang terkencing-kencing lari sebab katanya ada binatang aneh mengejar-ngejar terus. Sementara peziarah lain hanya menatap terbengong-bengong sebab apa yang ditakuti orang itu, malah tak terlihat oleh orang lain. Suatu malam buta, tiba-tiba hujan turun dengan deras, disertai kilat menyambar-nyambar. Namun selang beberapa lama kemudian, hujan berhenti dan seluruh pakaian pengunjung mendadak kering seperti tak pernah terguyur air sebelumnya.
@dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar